Kebudayaan Hindu-Budha
Kebudayaan Hindu - Buddha
Perkembangan pengaruh Hindu-Buddha yang penting meliputi tiga hal, yakni :
Dengan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha, maka bangsa Indonesia memasuki zaman Sejarah
Kesenian yang bercorak Hindu-Buddha berkembang di Indonesia
Di Indonesia berdiri kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha
Jalur perdagangan India-Cina melalui Indonesia
Wilayah Indonesia terdiri atas pulau besar dan kecil yang dihubungkan
oleh selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu
lintas utama penghubung antarpulau. Pelayaran ini dilakukan dengan
rangka mendorong aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan yang
dilakukan oleh kerajan-kerajaan di Indonesia bukan hanya dalam wilayah
Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan
melalui laut antara Romawi dan Cina. Rute jalur laut yang dilalui dalam
hubungan dagang Cina dan Romawi telah mendorong munculnya hubungan
dagang pada daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia oleh
karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan
dagang Cina dengan Romawi, maka terjadillah hubungan dagang antara
kerajaan-kerajaan di Indonesia dan Cina beserta India.
Teori masuknya dan berkembangnya Agama serta Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Melalui hubungan perdagangan, berkembanglah kebudayaan-kebudayaan yang
dibawa oleh para pedagang di Indonesia. Hubungan perdagangan antara
Indonesia dan India membawa agama Hindu dan Buddha tersebar di Indonesia
serta dianut oleh raja-raja dan para bangsawan. Dari lingkungan raja
dan bangsawan itulah agama Hindu-Buddha tersebar ke lingkungan rakyat
biasa.
Penyiaran Agama Buddha di Indonesia. Agama Buddha masuk ke Indonesia
dibawa oleh para biksu. Antara lain seorang biksu dari Kashmir bernama
Gunawarman datang ke Indonesia sekitar tahun 240. Gunawarman adalah
seorang biksu Buddha Hinayana. Pada tahun-tahun berikutnya, para biksu
Buddha dari Perguruan Tinggi Nalanda (Benggala, India) pun datang ke
Indonesia. Makin lama pengaruh Buddha makin berkembang di Indonesia.
Penyiaran agama Buddha di Indonesia lebih awal dari agama Hindu. Dalam
penyebarannya agama Buddha mengenal adanya misi penyiar agama yang
disebut, Dharmadhuta. Tersiarnya agama Buddha di Indonesia, diperkirakan
sejak abad ke-2 Masehi, dibuktikan dengan penemuan Arca Buddha dari
perunggu di Jember, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Arca-arca itu
berlanggam Amarawati. Namun, belum diketahui siapa pembawanya dari India
Selatan ke Indonesia. Di samping itu, juga ditemukan arca Buddha dari
batu di Palembang.
Penyiaran Agama Hindu di Indonesia. Proses masuknya agama Hindu di
Indonesia dibawa oleh kaum pedagang, baik pedagang India yang datang ke
Indonesia maupun pedagang dari wilayah Indonesia yang berlayar ke India.
Akan tetapi, di lain pihak terdapat beberapa teori yang berbeda tentang
penyebaran agama Hindu ke Indonesia. Pendapat atau teori tersebut di
antarannya :
Teori Sudra, menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa
oleh orang-orang India yang berkasta Sudra, karena mereka dianggap
sebagai orang-orang buangan.
Teori Waisya, menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia
dibawa oleh orang-orang India berkasta Waisya, karena mereka terdiri
atas para pedagang yang datang dan kemudian menetap di salah satu
wilayah di Indonesia. Bahkan banyak di antara pedagang itu yang menikah
dengan wanita setempat.
Teori Ksatria, menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia
dibawa oleh orang-orang India berkasta Ksatria. Hal ini disebabkan
terjadi kekacauan politik di India, sehingga para Ksatria yang kalah
melarikan diri ke Indonesia. Mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan
dan menyebarkan agama Hindu.
Teori Brahmana, menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu dilakukan oleh
kaum Brahmana. Kedatangan mereka ke Indonesia untuk memenuhi undangan
kepala suku yang tertarik dengan agama Hindu. Kaum Brahmana yang datang
ke Indonesia inilah yang mengajarkan agama Hindu ke masyarakat.
Dari keempat teori tersebut, hanya teori Brahmana yang dianggap sesuai
dengan bukti-bukti yang ada. Bukti-bukti tersebut diantaranya :
Agama Hindu bukan agama yang demokratis, karena urusan keagamaan menjadi
monopoli kaum Brahmana, sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak
dan mampu menyiarkan agama Hindu.
Prasasti yang pertama kali ditemukan berbahasa Sansekerta, sedangkan di
India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan.
Jadi, hanya kaum Brahmana-lah yang mengerti dan menguasai penggunaan
bahasa tersebut.
Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Tersebarnya pengaruh Hindu dan Buddha di Indonesia menyebabkan
terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Perubahan-perubahan itu terlihat dengan jelas pada kehidupan masyarakat
Indonesia di berbagai daerah di Indonesia.
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat di Berbagai Daerah dengan Tradisi Hindu-Buddha
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia menimbulkan
perpaduan budaya antara budaya Indonesia dengan budaya Hindu-Buddha.
Perpaduan dua budaya yang berbeda ini dapat disebut dengan akulturasi,
yaitu dua unsur kebudayaan bertemu dan dapat hidup berdampingan serta
saling mengisi dan tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua
kebudayaan tersebut.
Namun, sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat di
wilayah Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur
kebudayaan asli telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia
diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kondisi kehidupan
masyarakat Indonesia, tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.
Oleh karena itu, Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan :
Masyarakat di Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup
tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing menambah perbendaharaan
kebudayaan Indonesia.
Masyarakat di Indonesia memiliki kecakapan istimewa yang disebut dengan
local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur
kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan
kepribadiannya.
Munculnya pengaruh Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar dan dapat terlihat melalui beberapa hal seperti :
Seni Bangunan. Seni Bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh
Hindu Buddha di Indonesia pada bangunan Candi. Candi Hindu maupun Candi
Buddha ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Bali pada dasarnya merupakan
perwujudan akulturasi budaya lokal dengan bangsa India. Pola dasar candi
merupakan perkembangan dari zaman prasejarah tradisi megalitikum, yaitu
bangunan punden berundak yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga
menjadi wujud candi, seperti Candi Borobudur.
Seni Rupa. Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke
Indonesia. Hal ini terbukti dengan telah ditemukannya arca Buddha
berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam
Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Seni rupa India
pada Candi Borobudur ada pada relief-relief ceritera Sang Buddha
Gautama. Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukkan
suasanan alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung
dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga terdapat hiasan perahu
bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia,
karena lukisan seperti itu tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang
ada di India. Juga relieef Candi Prambanan yang memuat ceritera
Ramayana.
Seni Sastra. Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra
Indonesia. Bahasa sansekerta sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan sastra Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan
pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan
Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam
bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Dalam perkembangan bahasa Indonesia
dewasa ini, pengaruh bahasa Sansekerta cukup dominan terutama dalam
istilah-istilah pemerintahan juga kitab-kitab kuno di Indonesia banyak
yang menggunakan bahasa Sansekerta. Contohnya adalah :
Arujunawiwaha, karya Empu Kanwa pada zaman pemerintahannya Airlangga.
Bharatayudha, karya Empu Sedah dan Empu Panuluh pada zaman kerajaan Kediri.
Gatutkacasraya, karya Empu Panuluh pada zaman Kerajaan Kediri.
Arjunawijaya, kerya Empu tantular pada zaman Kerajaan Majapahit.
Kalender. Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di
Indonesia merupakan wujud dari akulturasi, yaitu dengan penggunaaan
tahun Saka. Di samping itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau
kronogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender
Saka. Candra Sangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau
gambaran kata. Bila berupa gambar harus dapat diartikan kedalam bentuk
kalimat.
Kepercayan dan Filsafat. Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke
Indonesia. bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan,
yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat
animisme dan dinamisme. Kemudian, masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke
Indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi. Masuk dan berkembangnya
pengaruh terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang
dan pemujaan dewa-dewa alam.
Pemerintahan. Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, bangsa Indonesia
mengenal sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan kepala suku
berlangsung secara demokratis, yaitu salah seorang kepala suku merupakan
pemimpin yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan
dari anggota kelompok suku lainnya. Akan tetapi, setelah masuknya
pengaruh Hindu-Buddhha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem
kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala
pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja,
yang memerintahkan kerajaannya secara turun-temurun. ( Bukan lagi
ditentukan oleh kemampuan, melainkan oleh keturunan).
Faktor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan bercorak Hindu-Buddha
Perkembangan pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha cukup besar,
karena dapat memengaruhi seluruh sektor kehidupan masyarakat Indonesia.
Bahkan, tidak kurang dari seribu tahun pengaruh Hindu-Buddha dominan
berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
dibuktikan melalui perkembangan kerajaan Kutai hingga runtuhnya kerajaan
Majapahit.
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan runtuhnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha diwilayah Indonesia.
Terdesaknya kerajaan-kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan yang lebih besar dan lebih kuat.
Tidak ada peralihan kepemimpinan atau kaderisasi, seperti yang terjadi pada mas kekuasaan Kerajaan Majapahit
Berlangsungnya perang saudara yang justru melemahkan kekuasaan kerajaan,
seperti yang terjadi pada kerajaan Syailendra dan Majapahit
Banyak daerah yang melepaskan diri akibat lemahnya pengawassan
pemerintahan pusat dan raja-raja bawahan membangun sebuah kerajaan yang
merdeka serta tidak terikat lagi oleh pemerintahan pusat
Kemunduran ekonomi dan perdagangan. Akibat kelemahan pemerintah pusat,
masalah perekonomian dan perdagangan diambil alih para pedagangn Melayu
dan Islam
Tersiarnya agama dan budaya Islam, yang dengan mudah diterima para
dipati di daerah pesisir. Hal ini membuat mereka merasa tidak terikat
lagi dengan pemerintahan kerajaan pusat seperti pada kekuasaan kerajaan
Majapahit.
Setelah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha runtuh, seperti kerajaan
Majapahit di daerah Jawa Timur dan kerajaan Pajajaran di derah Jawa
Barat, bukan berarti tradisi Hindu-Buddha juga lenyap. Tradisi
Hindu-Buddha masih terus bertahan sesuai dengan perkembangan zaman.
Bahkan pada daerah-daerah yang telah mendapat pengaruh Islam, tradisi
Hindu-Buddha tidak begitu saja menghilang. Misalnya pada masyarakat Jawa
terdapat upacara membawa sesaji ke sawah atau upacara persembahan
kepada penguasa Laut Selatan dan lain sebagainya.
Sementara itu, tradisi Hindu-Buddha masih terus bertahan dalam kehidupan
masyarakat Bali. Setelah kerajaan Hindu Majapahit runtuh, banyak rakyat
Majapahit yang pindah ke pulau Bali dan melanjutkan tradisi
kehidupannya disana. Dalam kehidupan masyarakat Bali sering terdengar
istilah Wong Majapahit atau sekelompok orang yang berasal dari
Majapahit. Masyarakat Hindu Bali yang termasuk keturunan Majapahit
memiliki tempat yang mayoritas. Sedangkan masyarakat Bali asli terdesak
ke daerah-daerah pegunungan seperti ke daerah Trunyan, Tenganan (di
daerah Bali bagian timur), Tigawasa, Sembiran (di daerah Bali Utara).
Bali juga dapat disebut sebagai museum hidup kebudayaan Hindu di
Indonesia. Agama Hindu di Bali disebut dengan agama Hindu Dharma atau
dengan Hindu dan Buddha. Roh nenek moyang dipuja oleh anak cucunya
setelah jenazah dibakar (ngaben). Tempat pemujaannya dilakukan di Pura.
Sementara itu, dewa-dewa dalam agama Hindu telah dimanifestasikan
sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Sang Hyang Widhi. Dalam
penjelmaannya dapat disebut sebagai Dewa Brahma(pencipta), Dewa
Wisnu(pemelihara), dan Dewa Siwa(pelabur/perusak). Di samping itu juga
dipuja dewa-dewa yang telah disesuaikan dengan fungsi dan kedudukan dari
dewa tersebut seperti Dewi Sri(dewa padi), Dewa Agni(dewa api), Dewa
Baruna(dewa laut), Dewa Bayu(dewa angin), dan lain sebagainya.
Apabila kita perhatikan, ternyata perkembangan pengaruh Hindu-Buddha di
wilayah Indonesia tidak meliputi seluruh masyarakat di kepulauan
Indonesia. Bahkan dua kerajaan nasional yang pernah membawa harum nama
Indonesia sampai ke luar wilayah Indonesia seperti Sriwijaya dan
Majapahit, belum dapat mengembangkan pengaruhnya ke seluruh wilayah
Indonesia. Pengaruh kerajaan Sriwijaya terbatas pada daerah-daerah di
wilayah Indonesia bagian barat. Sedangkan kerajaan Majapahit yang
berhasil mempersatukan seluruh wilayah Nusantara, ternyata kekuasannya
hanya terbatas pada bidang politik yang dibuktikan dengan tunduknya
mereka kepada Majapahit. Tetapi Majapahit tidak mengembangkan pengaruh
budaya dan agama Hindu pada daerah-daerah yang dikuasainya. Sehingga
ketika kerajaan Majapahit runtuh, mereka terus mengembangkan pola hidup
seperti pada masa sebelum daerah tersebut dikuasai kerajaan Majapahit.
Hal inilah yang menyebabkan perkembangan tradisi Hindu-Buddha tidak
merata di kepulauan Indonesia. Daerah-daerah yang tidak mendapat
pengaruh Hindu-Buddha di wilayah Indonesia antara lain Sulawesi,
Kepulauan Maluku, Papua, dan Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
http://yasiendt.blogspot.com/2012/11/kebudayaan-hindu-buddha-isd-task-2-b.html
lihat blogku yaa
BalasHapusambarazmi.wordpress.com